06 Januari 2009

Persimpangan Hidup


Hari ini, setahun yang lalu, merupakan salah satu poin yang penting dalam hidup saya. Sangat penting karena telah menjawab pertanyaan yang telah lama menghantui diri ini, "Akan menjadi orang yang seperti apakah saya? Seorang yang mememperjuangkan mimpi, atau seseorang yang mengorbankan idealisme."


Semasa kuliah saya selalu bertanya kepada diri saya sendiri, "Apa yang akan saya lakukan setelah ini?". Setelah lulus, saya juga masih belum merasa nyaman dengan keadaan saya, yang otomatis hanya melanjutkan apa yang saya lakukan di akhir masa keberadaan saya di kampus. Dua bulan setelah kelulusan, saya justru semakin dibimbangkan oleh sebuah tawaran pekerjaan yang memang pernah saya idamkan dari anak perusahaan yang cukup terkenal di Indonesia, ntah terkenal karena pencapaiannya yang sampai ke pelosok nusantara, atau kebobrokan sistemnya akibat terlena dengan kebesaran nama pendahulunya.

Sisi lain kebimbangan itu adalah.. Mimpi. Mimpi untuk berbuat sesuatu dengan keilmuan saya, Sesuatu yang mungkin kecil dengan harapan bisa menyumbangkan perubahan yang berarti bagi wajah bangsa ini.


Yup!.., sebuah pilihan yang sulit, mungkin akan sangat sulit dan penuh pertimbangan untuk seorang normal yang ber-titel sarjana dari sebuah institut terkemuka di Indonesia. Namun tidak bagi saya.. Sehingga menimbulkan pertanyaan selanjutnya, "Normalkah saya?".


Tapi begitulah kenyataannya, hari itu tertulislah sebuah per

mohonan maaf, untuk sebuah penolakan dari sebuah penawaran yang saya akui sangat menggiurkan.. Penolakan yang berujung pada dimulainya salah satu ekspedisi mimpi di keesokan paginya. Menuju Natuna, salah satu pulau terdepan Indonesia, dimana horizon lautnya lebih luas daripada landskap daratannya.


Sebuah tempat yang ternyata bisa mengistirahatkan ambisi untuk menjelajahi nusantara, sebuah tempat yang menentramkan, tempat yang bersahabat, yang terasa begitu tepat, untuk menjalani mimpi di kehidupan sesungguhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar